IOTA Foundation yang berpusat di Berlin Jerman, yang merupakan tim dibalik koin IOTA, baru-baru ini meluncurkan paltform baru yang dirancang untuk menyederhanakan pengelolaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) musik, serta menyederhanakan proses yang rumit dalam mengamankan dan mendistribusikan royalti bagi para artis.
Dikutip dalam laman blog IOTA, mereka telah menjalin kerjasama dengan Musika Peripherika yang merupakan sebuah proyek Creative Europe Innovation Lab. Kerjasama ini untuk mengembangkan prototipe yang bertujuan untuk meningkatkan distribusi royalti dalam industri musik.
Time to meet the 3rd solution #IOTA developed for @EU_EBSI: a #SmartContract platform to manage intellectual property rights. Here’s how it works 📽️👇 pic.twitter.com/5h88eMuj9f
— IOTA (@iota) August 13, 2024
Prototipe tersebut nantinya akan menggunakan teknologi DLT (Distributed Ledger Technology), Smart Contract, dan NFT untuk melacak penggunaan musik, pengelolaan HAKI dan mengotomatiskan pembayaran royalti.
Menjadikan HKI Lebih Aman dan Cerdas
Tujuan dibalik diciptakannya prototipe ini adalah untuk mengatasi masalah yang ada. Industri musik berjuang dalam transparansi pembayaran dan manajemen hak cipta. Struktur hak cipta yang kompleks, banyak pihak yang terlibat, dan kontrak yang beragam menghambat distribusi royalti yang tepat waktu dan akurat. Selain itu, pelacakan penggunaan musik di seluruh platform merupakan tantangan, yang menyebabkan kurangnya transparansi dan ketidakpercayaan industri.
Untuk mengatasi masalah tersebut, prototipe IOTA untuk mengelola HAKI dikembangkan sebagai bagian dari Pengadaan Pra-Komersial Blockchain Eropa. Prototipe ini menggunakan Kontrak Cerdas IOTA (“Rantai ISC”), Dompet Identitas Digital IOTA, dan NFT untuk mengelola hak secara lebih transparan dan efisien, serta menangani pembayaran royalti dan kontrak secara otomatis.
Selain itu, prototipe tersebut menggunakan teknologi yang disebut InterPlanetary File System (IPFS) untuk menyimpan informasi kontrak secara aman secara terdesentralisasi. Ini berarti bahwa data disimpan di beberapa komputer, bukan hanya di satu tempat saja, sehingga lebih sulit untuk hilang atau dirusak oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
IOTA juga menggunakan teknologi miliknya yaitu Decentralized Digital Identities (DIDs) yang diverifikasi dan aman, untuk memastikan hanya orang yang berwenang yang dapat mengakses sistem.
Rencana Penambahan Integrasi Baru
IOTA juga berencana untuk menambah integrasi baru dalam beberapa bulan kedepan. Intergrasi baru ini akan dijalankan dengan Open Rights Data Exchange guna meningkatkan pengelolaan data di pasar HKI miliknya. Dengan integrasi ini diharapkan akan meningkatkan pelacakan dan verifikasi kekayaan intelektual.
Lebih lanjut dalam postingan blognya, IOTA juga akan meningkatkan teknologi smart contract nya untuk merespons kejadian di dunia nyata secara dinamis, sehingga meningkatkan fleksibilitas kontrak.
Yayasan IOTA juga bertujuan untuk mendukung berbagai karya dan industri kreatif yang lebih luas, serta menyempurnakan antarmuka pengguna untuk pengalaman yang lebih intuitif.
Adopsi IOTA Semakin Meluas
Seperti yang sudah kita ketahui, pada tahun 2023 lalu, Komisi Eropa memilih IOTA Foundation untuk mengembangkan dan menguji prototipe pertama dari dua kasus penggunaan dalam skala yang lebih besar.
Prototipe ini merupakan Paspor Produk Digital atau Digital Product Passport (DPP) untuk daur ulang perangkat elektronik dan plastik, serta pengelolaan lintas batas HAKI untuk karya kreatif. Kedua solusi tersebut telah berhasil diuji dan kini siap untuk digunakan dalam ekosistem IOTA dan mitranya.
Terbaru yang saat ini sedang kita bahas yaitu prototipe untuk meningkatkan distribusi royalti dalam industri musik. Selain itu, adopsi IOTA di bidang lainnya semakin meluas setelah mereka berhasil meluncurkan IOTA EVM di mainnetnya.